Kesalahpahaman Komunikasi Suku Dayak dan Suku Banjar

Authors

  • Rico Rico Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari 1,2Jl. Adhyaksa No.2 Kayu Tangi Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 70123, Indonesia
  • Muzahid Akbar Hayat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari 1,2Jl. Adhyaksa No.2 Kayu Tangi Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 70123, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.21111/ejoc.v6i2.5257

Keywords:

Fenomenologi, Dinamika, Kesalahpahaman, Adaptasi, Eksplorasi, Phenomenology, Dynamics, Misunderstanding, Adaptation, Exploration

Abstract

AbstrakDinamika komunikasi antarbudaya secara umum berada dalam masyarakat yang semakin global. Hilangnya batas wilayah dan budaya serta sekat antarasatu orang dengan orang lain. Namun pada kenyataannya keragaman budaya dapat menimbulkan permasalahan yang dapat mengakibatkan masalah sosial. Hal yang dicapai dalam riset ini adalah menemukan gambaran kisah penyesuaian individu dari interaksinya suku Banjar dan defisiensi suku Dayak saat bersosialisasi dengan komunikasi mereka dengan masyarakat suku lain di Desa Sungai Teras, dimana merupakan daerah perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Spesifikasinya adalah menggali sebuah cara yang adaptif dari minimnya orang Dayak dan kesalahpahaman komunikasi antar kedua tersebut yaitu suku Banjar dan suku Dayak. Interaksi kehidupan sosial, hingga proses negosiasi tidak memahami komunikasi tatap muka, situasi percakapan, tahapan adaptif komunikasi bermasalah, komunikasi, dan rintangan yang terjadi adalah sering gagal memahami dan hingga pada akhirnya dapat menerima pola komunikasinya. Sebuah metode komunikasi antara dua suku. Metode Kualitatif dengan pendekatan fenomenologis deskriptif merupakan metode yang dipakai dalam riset ini yang menggunakan cara memahami pengalaman adaptif untuk mengetahui proses komunikasi antara Dayak dan Banjar. Dalam penelitian ini dipilih 10 orang dengan sampling untuk tujuan berdasarkan kriteria sebagai berikut Penduduk Desa Sungai Teras Kabupaten Kuala Kapuas yang berdomisili sudah melebihi dari 2 tahun keatas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika banyak masyarakat Dayak menghadapi kekurangan masyarakat Banjar, terjadi kesalahpahaman komunikasi dengan "masalah budaya".AbstractDynamics communication of intercultural in general in an increasingly global society. Loss of territorial and cultural boundaries, as well as barriers between one and the other. But in reality, cultural diversity can cause problems that can lead to social problems. The achieved in this research is to describe of the story individual adjustment from the interaction Banjar tribe and the deficiency of the Dayak tribe when socializing with their communication with other tribal communities in Sungai Teras Village, which is the border area of Central Kalimantan and South Kalimantan. The specification is to explore an adaptive way from the lack of Dayak people and the misunderstanding of communication between the two, namely the Banjar and Dayak tribes. The negotiation process is face-to-face communication, the adaptation phase of communication with problematic conversational situations, interactions in social life until you do not understand the communication, and often fail and accept patterns as well. A method of communication between two tribes. In the course of communication between the Dayak and Banjar, the researchers use a qualitative method that uses a descriptive phenomenological approach to understanding adaptation experiences. For this study, 10 subjects were selected by sampling based on the following criteria. Sei Teras Kapuas KualaVillage people living for more than 2 years. These findings show that when many Dayak communities face the Banjar tribe, there is a misunderstanding of communication as a 'cultural problem'.

Author Biography

Rico Rico, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari 1,2Jl. Adhyaksa No.2 Kayu Tangi Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 70123, Indonesia

Istiqomah Mengemban Amanah

References

Angelica, N. (2015). Culture and gender role differences. Cross-Culture Management Journal, 7(1), 31–35.Anwar, R. (2018). Hambatan Komunikasi Aantarbudaya di Kalangan Pelajar Asli Papua Dengan Siswa Pendatang di Kota Jayapura. Jurnal Common, 2(2), 139–149.Berry, P. (1999). Psikologi Lintas Budaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.Cangara, H. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi. (RajaGarafindo Persada,Ed.) (Edisi kedu). Jakarta: Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada, 2016.Duffett, M. (2013). Understanding fandom: An introduction to the study of media fan culture. London: Bloomsbury Academic.Gorden, W. (1978). Communication:Personal and Public. Sherman Oaks: CA Alfred.Gudykunst, William B. Kim, Y. Y. (2003). Commucating with Starbgers : An Approach to Intercultural Communication. New York: McGraw-Hill.Juariyah. (2012). Miskomunikasi Antarbudaya Mahasiswa Pendatang di Kota Jember. Jurnal Ilmu Komunikasi, 10(3), 251–261.Klinenberg, E. (2013). Cullture, Media and Communication. Journal of Culture, Media and Communication, 118–139.Kusrini. (2006). Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Yogayakarta:Andi.Liliweri, A. (2003). Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Liliweri, A. (2009). Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Lkis.Liliweri, A. (2013). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Morrisan, M.A. dan Corry, A. W. (2009). Teori komunikasi. Bogor: Bogor: Ghalia Indonesia.Mulyana, D. (2016). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.Paris, Padriani, P., & Iqbal, S. (2018). Komunikasi Antarbudaya Etnik Bugis dan Etnik Mandar dalam Interaksi Perdagangan di Pasar Senggol Kota Parepare. Jurnal Komunikasi KAREBA, 7(2), 184–194.Patton, M. Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods. Sage Psikologi Sosial, 1, 32–47.Sahrianyah. (2015). Sejarah Kesultanandan Budaya Banjar. Banjarmasin: Banjarmasin: Antasari Press.Samovar, Larry A., R. E. P. dan E. R. M. (2010). Komunikasi Lintas Budaya (7 ed.). Jakarta: Jakarta: Salemba Humanika.Sei Teras, K. Des. (2020). Profil Desa Sei Teras Kecamatan Kapuas Kuala Kabupaten Kapuas. Sei Teras.Sharipudin, M. S., K, F., & Gazley. (2020). Media self-congruty among the generational cohorts of Boomers and Gen Y in Malasysia. SEARCH Journal of Media and Communication Research, 3(12), 87–102.Shoelhi, M. (2015). Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Sihabudin, A. (2013). Komunikasi Antarbudaya: Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Jakarta: PT Bumi Aksara.Silalahi, U. (2012). Metodologi penelitian sosial. Bandung: Bandung: PT Refika Aditama.Spano, C. (2016). Audience engagement with multi-level fictional universes: The case of Game of Thrones and its Italian fans. Journal of Audience & Reception Studies, 1(13), 625–655.Streubert & Carpenter, S. (2011). Qualitative Research in Nursing: Advancing Humanistic Imperativ. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.Sukendar, M. U. (2017). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Deeppublish.Suprapto, T. (2011). Pengantar ilmu komunikasi. Yogyakarta: Yogyakarta: CAPS.Suranto. (2010). Komunikasi sosial budaya. Yogyakarta: Yogyakarta: Graha Ilmu.Suyani, T. (2013). Perilaku Konsumen di era Internet. Yogyakarta: Graha Ilmu.Tarakanita, I. dan Cahyono, M. Y. . (2013). Komitmen Identitas Etnik dalam Kaitannya Dengan Eksistensi Budaya Lokal. JurnalZenit, 2, 1–14.West, R., & Turner, L. H. (2014). Introducing Communication Theory. McGraw-Hill Education.Wojnar, D. M, & Swanson, J. . (2007). Phenomenology: An Explorating. Journal of holistic nursing.

Downloads

Published

2021-12-30