Baim Wong’s and Atta Halilintar’s Personal Branding through Religious Messages in YouTube Contents

Authors

  • Citra Safira Semarang University
  • Hilda Rahmah Semarang University
  • Errika Dwi Setya Watie Semarang University

DOI:

https://doi.org/10.21111/ejoc.v7i1.7199

Keywords:

Personal Branding, Religious Messages, Content Creator, Youtube, Baim Wong, Atta Halilintar, Makna Pesan Religius, Atta Halilintar.

Abstract

AbstractThis study aims to determine how personal branding forms and the meanings contained in the content shared by Atta Halilintar and Baim Wong using Roland Barthes' Semiotic analysis. The era of disruption provides unlimited space for many people to connect with each other. YouTube is one of the social media that offers a space for relationship and expression, where it is possible for someone to do personal branding in order to show their characteristics and give a different impression from others. Just like Baim Wong and Atta Halilintar, on their personal YouTube channel. Both Atta Halilintar and Baim Wong have a sharing content, both of which show the act of sharing to people who are financially vulnerable. Along with the massive amount of shared content being posted, their actions have been in the spotlight because they were able to touch the religious sentiments of the audience, especially in the midst of a pandemic. Although not a content category for religious creators, both have succeeded in instilling religious messages that tend to increase their popularity and followers on YouTube. Using a qualitative approach, this research involves semiotics as an analytical method to interpret the hidden meaning behind the content by Atta Halilintar and Baim Wong. The results show that religious sentiment is used to emphasize the character of capitalism, because it shows poverty as a commodity.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk personal branding dan makna yang terkandung dalam konten berbagi Atta Halilintar dan Baim Wong menggunakan analisis Semiotik Roland Barthes. Era disrupsi memberikan ruang gerak tanpa batas bagi banyak orang untuk terkoneksi satu sama lain. YouTube menjadi salah satu media sosial yang menawarkan ruang untuk berelasi dan berekspresi, dimana hal ini memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan personal branding dalam rangka menunjukkan ciri khas dan menampilakan kesan yang berbeda dari orang lain. Begitu pula yang dilakukan oleh Baim Wong dan Atta Halilintar, dalam kanal YouTube pribadinya. Baik Atta Halilintar maupun Baim Wong memiliki muatan konten berbagi, dimana keduanya mempertontonkan aksi berbagi kepada orang-orang yang rentan secara finansial. Seiring masifnya konten berbagi yang diposting, aksi keduanya menjadi sorotan karena mampu menyentuh sisi sentimen religius khalayak, terutama di tengah kondisi pandemi. Meskipun bukan kategori konten kreator religi, kedunya berhasil menanamkan pesan-pesan religius yang bertendensi menaikan popularitas dan pengikutnya di YouTube. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan semiotik sebagai metode analisis untuk menafsirkan makna tersembunyi dibalik konten berbagi Atta Halilintar dan Baim Wong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sentimen religius digunakan untuk mempertegas watak kapitalisme, karena mempertontonkan kemiskinan sebagai sebuah komoditas. 

References

Abraham, A. (2011). Sukses menjadi artis dengan youtube. Surabaya: Reform Media.Agustinna, K., Purnama, H., & Abdurrahman, M. S. (2017). Kata kunci : Personal Branding , Instagram , Selebgram Keywords : Personal Branding , Instagram , Selebgram. Analisis Strategi Personal Branding Melalui Media Sosial Instagram, 4(1), 1028–1036.Ahmad, N. (2019). Pengalaman Solat fardhu Dalam Kalangan Pelajar Pengurusan Dalam Islam Jabatan Perdagangan Politeknik Tuanku Syed Sirajuddin,Perlis(PTSS). International Innovation In Teaching and Learning & Language Education Conference, 83–93.Aji, F. (2022). Content Stilistics on Indonesian Youtuber Vlog. CAPTURE Jurnal Seni Rekam, 13(2), 132–147. https://doi.org/10.33153/capture.v13i2.4088Ancok, D., & Suroso, F. N. (2011). Psikologi Islami : Solusi Islam atas Problema-problema Psikologi (M. S. Ardani, Ed.). Yogyakarta: Pustaka Belajar.Ariani, M. D. (2019). Makna Film Dokumenter What The Health. ETTISAL : Journal of Communication, 4(2), 185. https://doi.org/10.21111/ejoc.v4i2.3547Arianto, B. (2021). Pandemi Covid-19 dan Transformasi Budaya Digital di Indonesia. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 5(2), 233–250.Aviyah, E., & Farid, M. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri dan Kenakalan Remaja. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02), 126–129. https://doi.org/10.30996/persona.v3i02.376Bustomi, H. (2016). Dakwah melalui Gerakan Bersedekah: Tinjauan Implementasi Program pada PPPA Darul Qur’an. Membangun Profesionalisme Keilmuan, 145–160.Chandler, D. (2007). Semiotics: The Basics (2nd edn). USA and Canada: Routledge.Debord, G. (1994). The Society of The Spectacle. New York: Zoon Books.Fitri, A. (2015). Dramaturgi: Pencitraan Prabowo Subianto Di Media Sosial. Jurnal Interaksi, 4(1), 101–108.Imawati, A. V., Solihah, A. W., & Shihab, M. (2016). Analisis Personal Branding Fashion Blogger Diana Rikasari. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 5(3), 175–184.Jacobson, J. (2020). You are a brand : social media managers ’ personal branding and “ the future audience .” 6(May), 715–727. https://doi.org/10.1108/JPBM-03-2019-2299Jalaluddin. (2012). Memahami Perilaku Keagamaan Dengan Menerapkan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.Komisi Penyiaran Indonesia Pusat. (2013). Kedaulatan Frekuensi. Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS.Listyorini, S. R. (2017). Presentasi Diri Selebritas di Ruang Virtual (Analisis Semiotika Instagram Syahrini). Universitas Pelita Harapan.Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.Martiana, A. (2016). Dramaturgi Mahasiswa Pelaku Hubungan Seksual Di Luar Nikah. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 13(2). https://doi.org/10.21831/socia.v13i2.12257Montoya, P. (2002). The Personal Branding Phenomenon: : Realize greater influence, explosive income growth and rapid career advancement by applying the branding techniques of Michael, Martha and Oprah. In Personal Branding Press. United State of America: Peter Montoya Incorporated.Nasrullah, R. (2016). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Novianti, N., & Munir, S. (2017). Nilai-Nilai Religius dalam Novel “Bulan Terbelah di Langit Amerika” Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Jurnal Literasi, 1(2), 73–81. Retrieved from http://ejournal.iaiibrahimy.ac.id/index.php/tarbiyatuna/article/view/82Pertiwi, W. N. B., Purbohastuti, A. W., & Nurhayati, E. (2020). Membangun Personal Branding melalui YouTube. LUGAS Jurnal Komunikasi, 4(2), 61–69. https://doi.org/10.31334/lugas.v4i2.1220Rustandi, R. (2020). Cyberdakwah: Internet Sebagai Media Baru Dalam Sistem Komunikasi Dakwah Islam. NALAR: Jurnal Peradaban Dan Pemikiran Islam, 3(2), 84–95. https://doi.org/10.23971/njppi.v3i2.1678Salsabila, M. (2021). Analisis Semiotika Personal Branding Bang Ogut Sebagai Konten Kreator Melalui Yotube. Universitas Pasundan.Stevani, S., & Widayatmoko, W. (2017). Kepribadian Dan Komunikasi Susi Pudjiastuti Dalam Membentuk Personal Branding. Jurnal Komunikasi, 9(1), 65. https://doi.org/10.24912/jk.v9i1.225Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.Suneki, & Haryono. (2017). Paradigma Teori Dramaturgi Terhadap Kehidupan Sosial. Civis, 2(2), 1–11.Tamburaka, A. (2013). Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa. In JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA (Vol. 5). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Tapotubun, H. H., & Rahmah, H. (2021). Religiusitas Digital Dan Dimensi Perlawanan Milenial Dalam Ruang Online. Jurnal Sosiologi Reflektif, 15(2), 298. https://doi.org/10.14421/jsr.v15i2.2042Vera, N. (2016). Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.Widodo, S. (2010). Anatomi Perkembangan Teori Sosial (M. H. Suyanto, Bagong; Amal, Ed.). Malang: Aditya Media Publishing.

Downloads

Published

2022-06-30