Akulturasi Islam dalam Adat Pengesahan Perkawinan Suku Sakai Solapan Kabupaten Bengkalis, Riau
DOI:
https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v15i1.2785Keywords:
akulturasi Islam, symbol sosial, pengesahan perkawinan, Suku SakaiAbstract
AbstractThis paper aims to reveal the acculturation of Islam with the customary endorsement of the marriage of the Sakai tribe community in the Bathin Solapan region in Bengkalis Regency, Riau. As a native tribe, Sakai has a strong belief in his culture, especially marriage by using various social symbols with Bathin as the main character who becomes the legitimate determinant of a marriage. Likewise the shrill of a dog in Bathin's house is a benchmark for the validity of a marriage. Because this study is a study of social and cultural heritage that integrates with Islam, the methodology used in accordance with the concept of social science research is a qualitative descriptive method that focuses on content analysis with several stages of work through the concept of Research and Development (R & D) . At the end of the study it was found that the social symbol in the custom of the marriage of the Sakai tribe in the Bathin Solapan region was (1) Bathin who started with a picture of a puppet at the pole of his house using betel lime. After that the bride's second hand is put together with the position of the man's hand on the woman's hand. Then a family testimony was held for both parties: (2) The dog's curse which was beaten by Bathin as the validity of a marriage. With the Islamization in Riau, there was an acculturation of Islam towards the customary ratification of the Sakai tribe marriage which was implemented using Islamic social symbols which were manifested in the pillars of marriage and full of marriage with the nikah as the main actor.Keywords: Acculturation of Islam, Social Symbols, Ratification of Marriage, Sakai Tribe, BatinAbstrakTulisan ini bertujuan mengungkap akulturasi Islam dengan adat pengesahan perkawinan masyarakat suku Sakai dalam wilayah Bathin Solapan di Kabupaten Bengkalis, Riau. Sebagai suku asli, Sakai memiliki keyakinanan yang kokoh terhadap kebudayaannya terutama perkawinan dengan menggunakan berbagai symbol social dengan Bathin sebagai tokoh utamanya yang menjadi penentu sah atau tidaknya sebuah perkawinan. Demikian juga lengkingan seekor anjing yang ada di rumah Bathin menjadi tolok ukur terhadap sahnya sebuah perkawinan. Dikarenakan penelitian ini merupakan kajian terhadap peninggalan social dan budaya yang berintegrasi dengan Islam, maka metodologi yang digunakan sesuai dengan konsep penelitian ilmu-ilmu social yakni metode deskriptif kualitatif yang menfokuskan kepada content analysis dengan beberapa tahapan kerja melalui konsep Research and Development (R & D). Pada akhir kajian ditemukan bahwa symbol social dalam adat pengesahan perkawinan suku Sakai di wilayah Bathin Solapan adalah (1) Bathin yang memulai dengan gambar orang-orangan di tiang rumahnya dengan menggunakan kapur sirih. Setelah itu tangan kedua calon pengantin disatukan dengan posisi tangan laki-laki di atas tangan perempuan. Kemudian diadakan kesaksian keluarga bagi kedua belah pihak: (2) Lengkingan anjing yang dipukul oleh Bathin sebagai sahnya sebuah perkawinan. Dengan adanya Islamisasi di Riau, maka terjadi akulturasi Islam terhadap adat pengesahan perkawinan suku Sakai yang diimplementasikan dengan menggunakan symbol sosial agama Islam yang wujud pada rukun nikah dan sarat nikah dengan pengulu nikah sebagai actor utamanya.Kata Kunci: akulturasi Islam, symbol sosial, pengesahan perkawinan, Suku SakaiDownloads
References
Arif, Ahmad dan Agnes Rita. 2007. “Sayap Patah Para Sakai.” Koran Kompas. 24 April.
Budiardjo, A. Kamus Psikologi. Semarang: Dahara Press.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tahun 2015.
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyataman.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Fahrurrozi. 2015. “Ekspresi Keberagamaan Masyarakat Islam Indonesia: Mozaik Multikulturalisme Indonesia.”Jurnal Toleransi. vo. 7. no. 1. Januari-Juni 2015. ISSN: 2086-0315. Pekanbaru: LPPM UIN Suska Riau.
Hasbullah. “Dialektika Islam dalam Budaya Lokal: Potret Budaya Melayu Riau”. Jurnal Sosial Budaya. Vol. 11. no. 2. Juli-Desember 2014. h. 144-269. ISSN: 1979-2603. Pekanbaru: LPPM UIN Suska Riau.
Hasbullah. “Hubungan Agama dan Budaya: Perspektif Islam”. Jurnal An-Nida’. Vol. 34. no. 2. Juli-Desember 2009. h. 175-260. ISSN: 0851-1161. Pekanbaru: LPPM UIN Suska Riau.
Helmiati. 2008. Dinamika Islam Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Riau.
http://kedesa –id/id ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-desa-dan-peraturan-desa.
http://melayuonline.com/ind/news/read/10616.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.Bandung: Alfabeta.
JWM., Baker Sj. 1984. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Jogjakarta: Kansius.
Karim, M. Abdul. 2007. Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Khadziq. Islam dan Budaya Lokal Belajar Memahami Realitas Agama dalam Masyarakat, 2009. Yogyakarta: Teras.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lutfi, Mukhtar. 1977. Sejarah Riau. Pekanbaru: UNRI Press.
Penyusun, Tim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Indonesia.
Rasjid, Sulaiman. 2013. Fikih Islam. Edisi Baru. Jakarta: Bulan Bintang.
Roza, Ellya dan Yasnel. 2016. “Islamisasi di Riau (Kajian Sejarah Dan Budaya Tentang Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Kuntu Kampar)”. Potensia : Jurnal Kependidikan Islam. Vol. 2. No. 1. Juni 2016.
Sugiri, Ahmad. 1996. “Proses Islamsisasi dan Percaturan Politik Umat Islam di Indonesia.” Al-Qalam, Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan. No. 59. XI. Serang: IAIN SGD.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparlan, Parsudi. 1992. Masyarakat Sakai di Riau : Masyarakat Terasing di Riau. Jakarta: Gramedia.
Suparlan, Parsudi. 1995. Orang Sakai di Riau : Masyarakat Terasing dalam Masyarakat Indonesia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Soemardjan, Selo. 1988. Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta: Pustaka Grafika Kita.
Syukri, Mahyudin. Naskah dan Tradisi Manolam, dalam Jurnal Sosial Budaya, vo. 6, no. 01. Januari-Juni 2009. ISSN: 1979-2603. Pekanbaru: LPPM UIN Suska Riau.
Tamrin, Husni. “Agama dalam Masyarakat Majemuk”. Kutubkhanah : Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Vol. 10. no. 2. Juli-Desember 2007. ISSN: 1693-8186. Pekanbaru: LPPM UIN Suska Riau.
Thamrin, Husni. 2003. Sakai, Kekuasaan, Pembangunan dan Marjinalisasi. Pekanbaru: Gagasan Press.
Tamrin, Husni dan Afrizal Nur. 2007. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau. Laporan Hasil Penelitian UIN Suska Riau. Pekanbaru
Ummatin, Khoiro. 2005. Sejarah Islam Dan Budaya Lokal Kearifan Islam Atas Tradisi Masyarakat. Jakarta: Kalimedia
Vredenbergt, J. Metode dan Teknik Penelitian. Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia.
WS, Hasanuddin. 2016. “Warisan Budaya Takbenda Ungkapan Tradisional Minangkabau : Kearifan Lokal Masyarakat Tentang Tunjuk Ajar dan Nasihat-nasihat Mulia”, Humanus : Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora. Vol. XV. No. 2. October 2016.
Zuhdi, Muhammad Harfin. 2012. “Dakwa dan Dealektika Akulturasi Budaya”. Jurnal Religia. Vol. 15. No. 1. April 2012. IAIN Mataram.
Downloads
Submitted
Accepted
Published
Issue
Section
License
The author whose published manuscript approved the following provisions:
- The right of publication of all material published in the journal / published in the Tsaqafah is held by the editorial board with the knowledge of the author (moral rights remain the author of the script).
- The formal legal provisions for access to digital articles of this electronic journal are subject to the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-NC-SA 4.0), which means that Tsaqafah reserves the right to save, transmit media or format, Database), maintain, and publish articles without requesting permission from the Author as long as it keeps the Author's name as the owner of Copyright.
- Printed and electronic published manuscripts are open access for educational, research and library purposes. In addition to these objectives, the editorial board shall not be liable for violations of copyright law.
- It is a serious offense for anyone to publish any article of Tsaqafah without permission.