Biskuit Garut-Tempe Tinggi Energi Protein sebagai Alternatif Snack untuk Anak Usia Sekolah; Analisis Kandungan Energi Protein dan Daya Terima

Authors

  • Evitha Latifah Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Setyaningrum Rahmawaty Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Rusdin Rauf Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.21111/dnj.v3i1.3140

Keywords:

arrowroot, biscuit, organoleptic, protein, tempeh

Abstract

One of nutrition problems in school-age children is protein energy malnutrition (PEM). This can be solved with provision a high energy protein contained snack using local food such as arrowroot and tempeh. The aims of research is to formulate biscuit arrowroot-tempeh that acceptable for school-age children. The research was conducted into 5 steps, namely 1) formulation of biscuit arrowroot-tempeh, 2) biscuit production, 3) determination of energy content, 4) protein content analysis and, 5) organoleptic test on 30 school childrenaged 9-12 yo. Formulation ratios of the arrowroot flour and tempeh flour for biscuit productions were80:20 (biscuit A), 75:25 (biscuit B) and 70:30 (biscuit C). Energy (kkal)/protein(g/100g) contents of biscuitsA, B and C were 868,803/6,15; 876,299/6,95 and 883,796/8,35, respectively.Biscuit A was the most preffered biscuit among school children aged 9-12 yo. Biscuits arrowroot-tempeh can be used as an healthy high energy protein snack for school-age children.

References

Aini, Nur, V. Prihananto, S. Joni Munarso. (2012). Characteristics of White Corn Noodle Substitued by Tempeh Flour. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. 23(2): 179-185.

Alvarez EE dan Sanchez PG. (2006). Dietary Fibre. J. Nutr. Hosp. 21 (Supl .2) 60-71.

Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.

Aryanti. (2005). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Sarapan Pagi pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Limus Nunggal III Cileungsi-Bogor (SNI) 01- 3751-2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universtas Indonesia. Depok.

Astawan, M. (2008). Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

ASTM. (2011). ASTM Standard Guide for Sensory Evaluation of Products by Childrens. E2299-03. West Conshohocken. PA. ASTM International.

Badan Standarisasi Nasional. (2011). Biskuit. No. 01-2973-2011. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta

Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Balitbang Kemenkes RI. Jakarta

Bastian F, E.Ishak, A.B. Talawi, dan Bilang. (2013). Daya Terima dan Kandungan Zat Gizi Formula Tempe dengan Penambahan Semi Refined Carrageenan (SRC) dan Bubuk Kakao.Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, Vol. 2(1): 5-8.

Depkes RI. (2008). DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan). Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ihwan, Farit Muhfaridul, Darsini dan Ucik Indrawati. (2011). Pengaruh Jajanan Sekolah Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah 6-12 Tahun Di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang Tahun 2014. Jurnal Keperawatan, Vol. 1 (1):31-36.

Irmawati, Fitri Mey, dkk. (2014). Pemanfaatan Pati Umbi Garut (Marantha arundinacea L) Sebagai Pengganti Tepung Dalam Pembuatan Biskuit Tinggi Energi Protein Dengan Penambahan Tepung Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L). ISSN 2302-0733. Jurnal Teknosains Pangan, Vol. 3(1) : 3-14.

Istiany, Ari dan Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Kharismawati, R dan Sunarto. (2010). Hubungan Tingkat Asupan Energi Protein Lemak Karbohidrat dan Serat dengan Status Obesitas pada Siswa SD. Artikel Penelitian. UNDIP. Semarang.

Kusnandar, Feri, Dede R. Adawiyah, dan Mona Fitria. (2010). Pendugaan Umur Simpan Biskuit Dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. 21(2) : 117-122.

Lawless, Harry T, dan Hildegarde Heymann. (2010). Sensory Evaluation of Food: Principles and Practices. Science dan Business Media.

Matt, Javis. (2011). Teori-teori Psikologi, Cetakan X. Nusa Media. Bandung.

Rohmani, Arina Salsabila. (2015). Pengaruh Substitusi Tepung tempe Terhadap Kekerasan, Warna dan Daya Terima Cookies Ubi Jalar Kuning. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Sarbini, Dwi, Rahmawaty, S., dan Kurnia, P. (2009). Uji Fisik, Organoleptik dan Kandungan Zat Gizi Biskuit Tempe-Bekatul dengan Fortifikasi Fe dan Zn untuk Anak Kurang Gizi. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, Vol. 10(1): 18-26.

Somali, Lanita, Karina, S.M., dan Amrihati, E.T. (2013) Formulasi BMC Meningkatkan Kadar Protein Kue Kering dengan Penambahan Tepung Ikan. Jurnal Gizi Indo, Vol. 36(1): 45-56.

Susanti, Dian Arie, dan Harijono. (2014). Pengaruh Karanginan Terhadap Karakteristik Pasta Tepung Garut dan Kecambah Kacang Gude sebagai Bahan Baku Bihun. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 2(4): 50-57. Oktober 2014.

Tawali, Suryani, Tuflikha P. Putri, dan Meta Mahendradatta. (2011). Nutritional Value in Traditional Snack Food for Elementary School Children Made From of Mixture Maizena and tempeh Flours. Asian Journal of Food and Agro-Industri, Vol. 4(5): 329-334. ISN 1906-3040

USDA. (2016). Basic Report 200031, Arrowroot flour, raw. USDA National Nutrient Database for Standard Reference.

WHO. (2010). The Word Health Report 2010. http://www.who.int./whr/2010/en/index.html Akses 2 September 2016

Wulandari, Dina, Nur Komar, dan Sumardi Hadi Sumarlan. (2013). Perekayasaan Pangan Berbasis Produk Lokal Indonesia (Studi Kasus Berbahan Baku Tempe Kedelai). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, Vol. 1(2): 73-82. Agustus 2013

Downloads

Published

2019-06-15