Keterkaitan kemiskinan, kecukupan energi dan protein dengan kejadian stunting balita di Puskesmas 11 Ilir Palembang

Penulis

  • Nathasa Weisdania Sihite Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Palembang
  • Muhammad Syafwan Chaidir Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Palembang

DOI:

https://doi.org/10.21111/dnj.v6i1.7083

Kata Kunci:

energi, kecukupan gizi, kemiskinan, protein, stunting

Abstrak

Background: Stunting is nutritional problem that influence the growth of toddlers to be not suitable for their age. Main problem of stunting divided into several factor among other is the level of nutritional adequacy from macro and micronutrients, such as social and economic factors that influence it. Objective: This study aims to determine and analyze the relationship between poverty and nutritional adequacy (energy and protein) of children under five with the incidence of stunting at Puskesmas 11 Ilir Palembang. Methods: This study used a cross-sectional design, sample of 33 children aged 2-5 years. The sample was selected by purposive sampling using the Lemeshow formula. Measurement of nutritional adequacy using 2x24 hour recall. Data processing was carried out using Excel, WHO-Anthro, and SPSS with Chi-Square test. Results: The energy adequacy level of stunting toddlers is mostly in the moderate deficit category (51.5%), there is a significant relationship between energy adequacy level and incidence of stunting. Protein adequacy level of stunting in the good category with 72.7% from total sample. The analysis of the poverty level of the families of children under five was found that the majority were below the poverty line with a percentage of 78.8% of the total sample. The research found that poverty is directly related to the incidence of stunting (p = 0.023). Conclusion: The status of poverty and the level of nutritional adequacy of both Energy and Protein in infants can be used as an indicator in analyzing the problem of stunting in children underfive.Keywords : Energy, nutritional adequacy, poverty, protein, stunting AbstrakLatar Belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan balita menjadi tidak optimal. Masalah utama dalam stunting dapat dilihat dari berbagai faktor salah satunya adalah tingkat kecukupan gizi dan indikator kemiskinan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan kemiskinan dan kecukupan gizi (energi dan protein) balita dengan kejadian stunting yang terjadi pada balita di Puskesmas 11 Ilir Palembang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross- sectional study, sampel yang diambil berjumlah 33 orang berusia 2-5 tahun. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling dengan menggunakan rumus Lemeshow. Pengukuran kecukupan gizi balita menggunakan recall 2x24 jam. Pengolahan data dilakukan menggunakan Exel,WHO-AnthroPlus dan SPSS. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat kecukupan energi balita stunting sebagian besar berada dalam kategori defisit sedang (51,5%), terdapat hubungan signifikan antara tingkat kecukupan energi pada balita dengan kejadian stunting. Tingkat kecukupan protein balita berada dalam kategori baik (72,7%) dari total sampel. Hasil analisa tingkat kemiskinan keluarga menjelaskan bahwa mayoritas berada di bawah garis kemiskinan (78,8%). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kemiskinan berhubungan langsung dengan kejadian stunting (p=0,023). Kesimpulan: Status kemiskinan dan tingkat kecukupan gizi baik Energi dan Protein pada balita dapat dijadikan indikator dalam menganalisis masalah stunting pada balita. 

Referensi

Badan Pusat Statistik Kota Palembang. 2019. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Palembang. Badan Pus Stat Provinsi Sumatera Selatan. 4101:100–150. https://palembangkota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve.Diniyyah SR, Nindya TS. 2017. Asupan Energi, Protein dan Lemak dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Suci, Gresik. Amerta Nutr. 1(4):341. doi:10.20473/amnt.v1i4.7139.Fitri L, Ritawani E, Mentiana Y. 2020. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan Hubungan Asupan Energi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5 Tahun Kota Pekanbaru. J Endur Kaji Ilm Probl Kesehat. 5(3):591–597. http://doi.org/10.22216/jen.v5i3.5334.Hana SA, Martha IK. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. J Nutr Coll. 1(1):30–37.Hardinsyah, Riyadi H, Napitupulu V. 2012. Kecukupan Energi, Protein Lemak KH. Dep Gizi FK UI.Kemenkes RI. 2018. Buletin Stunting. Kementeri Kesehat RI. 301(5):1163–1178.Langi GKL, Harikedua VT, Purba RB, Pelanginang JI. 2019. Asupan Zat Gizi Dan Tingkat Pendapatan Keluarga Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 3-5 Tahun. J GIZIDO. 11(2):51–56. doi:10.47718/gizi.v11i2.762.Lemeshow S, Ogston SA, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. 1997. Adequacy of Sample Size in Health Studies. Biometrics. 47(1). doi:10.2307/2532527.Lestari DAA, Martianto D, Tanziha I. 2018. Pengembangan indeks ketahanan pangan dan gizi tingkat Kabupaten di Kabupaten Bandung Barat. J Ekon Pertan dan Agribisnis.Ohyver M, Moniaga J V., Yunidwi KR, Setiawan MI. 2017. Logistic Regression and Growth Charts to Determine Children Nutritional and Stunting Status: A Review. Procedia Comput Sci. 116:232–241. doi:10.1016/j.procs.2017.10.045. https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.10.045.Puspitasari DI, Rahmani A. 2018. Gambaran Kebiasaan Sarapan Dan Status Gizi Mahasiswa Gizi Dan Non-Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. MPPKI (Media Publ Promosi Kesehat Indones Indones J Heal Promot. 1(2). doi:10.31934/mppki.v1i2.161.Putri TA. 2018. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 Bulan Di Wilayah Puskesmas Kotagede I Kota Yogyakarta Tahun 2018. Poltekes Kemenkes Yogyakarta.:1–89.Rahmadi A. 2016. Hubungan Berat Badan Dan Panjang Badan Lahir Dengan Kejadian Stunting Anak 12-59 Bulan Di Provinsi Lampung. J Keperawatan. XII(2):209–218.Rahmawati LA, Hardy FR, Anggraeni A, Purbasari D. 2020. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stunting Sangat Pendek dan Pendek pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan Sawah Besar Related Factors of Very Short and Short Stunting In Children Aged 24 - 59 Months in Kecamatan Sawah Besar. J Ilm Kesehat Masy. 12(2):68–78.Ramli, Agho KE, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J, Dibley MJ. 2009. Prevalence and risk factors for stunting and severe stunting among under-fives in North Maluku province of Indonesia. BMC Pediatr. 9:64. doi:10.1186/1471-2431-9-64.Risekdas K. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehat Republik Indones.Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehat Republik Indones. doi:1 Desember 2013.Rufaida FD, Raharjo AM, Handoko A. 2020. The Correlation of Family and Household Factors on The Incidence of Stunting on Toddlers in Three Villages Sumberbaru Health Center Work Area of Jember. J Agromedicine Med Sci. 6(1):1. doi:10.19184/ams.v6i1.9541.Saliem HP, Ariani M. 2016. Ketahanan Pangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi. Forum Penelit Agro Ekon. 20(1):12. doi:10.21082/fae.v20n1.2002.12-24.Sihite NW, Tanziha I. 2021. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga di Kota Medan. AcTion Aceh Nutr J. 6(1):15. doi:10.30867/action.v6i1.395.Sumardilah DS, Rahmadi A. 2019. Risiko Stunting Anak Baduta (7-24 bulan). J Kesehat. 10(1):93. doi:10.26630/jk.v10i1.1245.Tangkudung G. 2014. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 13-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Fak Kesehat Masy Univ Sam Ratulangi. 00:5. http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/JURNAL-EDYS-FIX-1-1.pdf.Wulandari RC, Muniroh L. 2020. Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi, Tingkat Pengetahuan Ibu, dan Tinggi Badan Orangtua dengan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya. Amerta Nutr. 4(2):95. doi:10.20473/amnt.v4i2.2020.95-102.Yuwanti, Mulyaningrum FM, Susanti MM. 2021. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Balita di Kabupaten Grobogan. J Keperawatan dan Kesehat Masy STIKES Cendekia Utama Kudus. 10(1):84. htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2022-05-25