https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/issue/feedPharmasipha : Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy2024-08-10T00:00:00+07:00Nurul Marfu'ahnurulmarfuah@unida.gontor.ac.idOpen Journal Systems<p>Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy (Pharmasipha) is a periodical scientific journal managed by Department of Pharmacy, Faculty of Health Science, University of Darussalam Gontor. Pharmasipha accommodates scientific writings and research results in the field of Pharmacy: Clinical Pharmacy; Biology Pharmacy; Natural Product Pharmacy; Drug, food and cosmetics analysis; Chemistry Pharmacy; and Islamization of Pharmacy.</p> <p>Pharmasipha Journal is published in March and September.</p> <p>This journal has been accredited by SINTA 4 and indexed by Google Scholar, Crossref, and GARUDA.</p>https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/11363Effect of extraction method on total phenolic content and antioxidant activity of Terminalia catappa (L.) leaves2024-06-22T14:01:21+07:00Tubagus Akmaltubagus.akmal93@gmail.comAndi Ika Juliantitubagus.akmal93@gmail.comYenni Puspita Tanjungtubagus.akmal93@gmail.comPipyt Mutiaratubagus.akmal93@gmail.comSapitri Febriyantitubagus.akmal93@gmail.com<p>The potential for encountering free radicals poses a significant concern. Ketapang (Terminalia catappa L.) is a plant with antioxidant properties due to secondary metabolites, specifically phenolic compounds. The objective of this study was to determine the total phenolic content and antioxidant activity of ketapang leaves through the utilization of several extraction techniques. The extraction of Ketapang leaves is conducted using various methods, namely maceration, stirring-assisted extraction (SAE), ultrasound-assisted extraction (UAE), and microwave-assisted extraction (MAE) with 1:10 solid-solvent ratio. The total phenolic content of the Ketapang leaf extract was determined using the Folin-Ciocalteu technique and quantified using a UV-Visible spectrophotometer set at a wavelength of 782nm. Meanwhile, antioxidant activity measurements were carried out using the 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method and measured at a wavelength of 516nm. The study investigated the total phenolic content and antioxidant activity of Ketapang leaf extract using the maceration method of stirring-assisted extraction (SAE), ultrasound-assisted extraction (UAE), and microwave-assisted extraction (MAE), respectively, were 68.495%<u>+</u>2.891, 75.709%<u>+</u>0.106, 84.269%<u>+</u>0.159, and 65.065%<u>+</u>3.965 mgGAE/g and 20.891, 17.569, 15.427, and 21.353 µg/mL. The findings of this study indicate that the ultrasound-assisted extraction technique exhibits the greatest overall phenolic content and antioxidant activity.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Keywords</strong>: antioxidant, <u>Terminalia catappa</u>, total phenolic content, ultrasound-assisted extraction</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Authorhttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/12026The relationship analysis of the traditional medicine knowledge level and self-medication knowledge level on the practice the use of traditional medicine at the University of Darussalam Gontor2024-06-22T14:48:09+07:00Cania Sofyan Islamandasofyanislamanda96@gmail.comAndayana Puspitasari Ganiandayana@ugm.ac.idDwi Endartiendarti_apt@ugm.ac.id<p>The use of traditional medicine aims to provide preventive, promotive, curative, and rehabilitative measures against a disease. Self-medication is one of the curative health efforts that is often carried out by the community to prevent the disease they are suffering from, as an act of selecting and using medication without a doctor's prescription to treat disorders and symptoms of disease. This research aims to increase understanding, knowledge, and practice of traditional medicine self-medication. This type of research is observational-quantitative, using a cross-sectional approach, which is a research design to study correlation techniques between risk factors and the factors that influence them. Data collection used questionnaires distributed directly with a sample size of 481 respondents. Descriptive analysis was used to describe the entire research sample data in the form of sociodemographic data, level of knowledge, self-medication, and practice of using traditional medicine. The inferential analysis used is the Spearman rank correlation test to see the relationship between variables. The results of the research show that there is a significant relationship between the level of knowledge of traditional medicine and the practice of using traditional medicine by respondents of (p value=0.001) and r value = 0.146 and there is a significant relationship between knowledge of self-medication and the practice of using traditional medicine of (p value= 0.005) and r value = 0.128 so this research is in the same direction.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Keywords</strong>: knowledge, practice, self-medication, traditional medicine</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Cania Sofyan Islamanda, Andayana Puspitasari Gani, Dwi Endartihttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/11772Kajian molekular docking, farmakokinetik dan toksisitas tanaman pegagan (Centella asiatica L.) terhadap target terapi antidepresan2024-06-22T14:02:46+07:00Laily Sifaiyalailysifaiyah@gmail.comRahmawaty Hasanrahmahasan1234@gmail.comAqidatun Naffiah Choirunnizalailysifaiyah@gmail.com<p><strong>ABSTRAK </strong></p> <p>Depresi merupakan penyakit gangguan mental yang kejadiannya di Indonesia terus meningkat setiap tahun dan belum ditemukan obat spesifik untuk pengobatannya. Penelitian pengembangan obat antidepresi dari pegagan perlu dilakukan untuk menganalisis adanya interaksi dari senyawa kimia dalam tanaman pegagan terhadap target reseptor depresi piperidine E20 (PDB ID: 4EY7) dari asetilkolinesterase secara in silico. Senyawa kimia dari tanaman pegagan telah dilakukan skrining berdasarkan aktivitas masing-masing senyawa menggunakan webform Way2drug dan Superpred, dengan hasil diperoleh tiga senyawa yang dipilih berdasarkan perolehan nilai ΔG terendah untuk dilanjutkan pada tahap docking molecular menggunakan Autodock Tools <em>4.2</em>. Tiga senyawa terbaik diambil dari masing-masing makromolekul yang telah divisualisasikan menggunakan Discovery Studio, kemudian diteruskan dengan prediksi farmakokinetik dan <em>drug likeness</em> menggunakan webform SwissADME, serta prediksi toksisitas menggunakan Toxtree. Senyawa terbaik ditunjukkan dengan senyawa yang memiliki absorbsi yang baik dalam saluran gastrointestinal, tidak terdistribusi dalam jaringan otak dan termasuk pada bagian P-gp substrat, serta tidak berperan sebagai inhibitor dari enzim sitokrom P450. Sedangkan terkait prediksi toksisitasnya, senyawa terbaik ditunjukkan pada senyawa yang tidak memiliki potensi sebagai senyawa karsinogenik, genotoksik dan non genotoksik. Hasil uji yang didapat menetapkan bahwa senyawa yang dapat dijadikan sebagai calon kandidat obat baru antidepresi adalah senyawa madasiatic acid.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Antidepresan, <em>Centella asiatica</em>, Farmakokinetik, In Silico, Toksisitas</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Laily Sifaiya, Rahmawaty Hasan, Aqidatun Naffiah Choirunnizahttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/11268Pengaruh konsentrasi pelarut etanol terhadap kadar flavonoid total ekstrak krokot magenta (Portulaca grandiflora) dengan spektrofotometer UV-Vis2024-06-22T13:58:26+07:00Yosefin Dian Eka Kinasihyosefinndian@gmail.comChristina Indriasarichristina.indriasari@ukwms.ac.id<p>Tanaman Krokot merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang berkhasiat sebagai tanaman obat. Jenis krokot yang sering ditemui di masyarakat salah satunya adalah <em>Portulaca grandiflora</em> atau krokot varietas bunga magenta. Efek farmakologis dari krokot yaitu sebagai antibakteri, antiiflamasi, antioksidan, immunomodulator dan analgetik. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar flavonoid total ekstrak krokot magenta yang diekstraksi menggunakan konsentrasi pelarut etanol yang berbeda (50%, 70% dan 96%). Penetapan kadar flavonoid dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Pengukuran absorbansi dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimal 424,6 nm. Berdasarkan hasil pengujian kadar flavonoid ekstrak krokot magenta didapatkan kadar flavonoid ekstrak krokot dengan pelarut etanol 96% yaitu sebesar 2,0872% b/b, ekstrak etanol 50% sebesar 1,1189% b/b dan ekstrak etanol 70% sebesar 1,3553% b/b. Hasil uji statistik menggunakan uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Kadar flavonoid, konsentrasi etanol, krokot magenta</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Yosefin Kinasih, Christinahttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/10634Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah matoa (Pometia pinnata) dengan metode DPPH (2,2-difenil-1,1-pikrilhidrazil)2024-06-22T14:30:40+07:00Sulistiani Sulistianisulistiani0313@gmail.comNurillahi Febria Leswananfleswana@gmail.comSusana Lindennfleswana@gmail.com<h2><strong>Tanaman matoa dimanfaatkan oleh Bangsa Asia (Indonesia dan Malaysia) sebagai salah satu obat tradisional yang diketahui mengandung senyawa kimia berupa flavonoid, tanin, dan saponin. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah matoa (Pometia pinnata). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah matoa (Pometia pinnata) dengan metode DPPH. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2023. Aktivitas antioksidan ekstrak buah matoa dianalisis menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan nilai IC<sub>50</sub> ekstrak buah matoa sebesar 181,551 ppm sedangkan larutan pembanding vitamin C sebesar 5,807 ppm. Nilai IC<sub>50</sub> tersebut dapat ditentukan bahwa ekstrak etanol buah matoa merupakan antioksidan yang bersifat lemah.</strong></h2> <p> </p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Buah matoa, DPPH, antioksidan, Pometia pinnata</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Sulistiani, Nurillahi Febria Leswana, Susana Lindenhttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/10079Formulasi dan uji aktivitas antioksidan sabun cair wajah ekstrak etanol daun teh hijau (Camellia sinensis L.) dengan metode DPPH2024-06-22T14:27:23+07:00Annisa Widiyantitaufikturahman@gmail.comTaufik Turahmantaufikturahman@gmail.comNurani Harmastutitaufikturahman@gmail.com<p>Teh memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan aktivitas antioksidan sabun cair wajah ekstrak etanol daun teh hijau (<em>Camellia sinensis</em> L.). Pada studi ini digunakan variasi konsentrasi surfaktan, <em>sodium cocoyl isethionate</em> 4%, 8% dan 12%. Pengujian sediaan sabun wajah terhadap mutu fisiknya mempergunakan uji organolepis, pH, homogenitas, tinggi busa, alkali bebas, bobot jenis dan viskositas, serta dilakukan <em>cycling test</em>. Pengujian aktivitas antioksidan sediaan sabun cair wajah secara <em>in vitro</em> mengggunakan metode DPPH (<em>1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil</em>) yang ditambahkan untuk mengetahui aktivitas antiosidan. Hasil studi diperoleh bahwa semua formula sediaan sabun cair wajah ekstrak etanol daun teh hijau (<em>Camellia sinensis </em>L.) bermutu fisik sesuai SNI antara lain organoleptis, pH, alkali bebas dan bobot jenis. Selain itu, sabun cair wajah ekstrak etanol daun teh hijau juga memiliki stabilitas baik ditunjukkan oleh formula 5 dan aktivitas antioksidan paling baik ditunjukkan oleh formula 4 dengan nilai IC<sub>50</sub> 10,5685 ± 0,2211 ppm.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Daun teh hijau, antioksidan, formulasi sabun cair wajah, DPPH</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Annisa Widiyanti, Taufik Turahman, Nurani Harmastutihttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/11860Analisis penggunaan obat resep dokter pasien Generalized Anxiety Disorder (GAD) di RSUD Andi Djemma Masamba2024-06-22T14:50:15+07:00Riska Yuli NurvianthiRiskayulinurvianthi@gmail.comTanwir Djafarriskayulinurvianthi@gmail.comTonsisius Jehanamriskayulinurvianthi@gmail.comDelta Deltariskayulinurvianthi@gmail.comAlma Safitririskayulinurvianthi@gmail.com<p>Gangguan Cemas Menyeluruh adalah salah satu jenis gangguan mental dengan prevalensi sebanyak 12,8% di Sulawesi Selatan. Pemberian obat anticemas harus secara cermat (pemilihan jenis obat dan pengaturan regimen dosis). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menggambarkan pola penggunaan obat anticemas pada kasus gangguan cemas menyeluruh dikaitkan dengan data klinik pasien di Poli Jiwa RSUD Andi Djemma Masamba Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara observasional retrospektif pada periode 4 April hingga 27 Juni 2023 di Poli Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Andi Djemma Masamba. Hasil penelitian menunjukkan dari 40 pasien mayoritas terdiri dari perempuan (70%) dengan rentang usia terbanyak yaitu 35 - 44 tahun (35%). Pasien paling banyak bertempat tinggal di Masamba (15%). Terapi yang diterima pasien GAD adalah obat anticemas golongan benzodiazepin meliputi alprazolam (43%), lorazepam (26%), klobazam (21%), dan diazepam (10%). Kesimpulannya, pemilihan obat dan pemberian dosis telah sesuai dengan pustaka dan dari segi kesesuaian dosis, tidak ditemukan problema obat yang berpotensi terjadi adalah efek samping seperti rasa mengantuk, depresi, sakit kepala, ataksia, insomnia, halusinasi dan mual. Sehingga diharapkan selanjutnya melibatkan sampel yang lebih besar serta menggunakan metode penelitian yang lebih spesifik.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata kunci: </strong>: anticemas, cemas, obat, problema obat</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Riska Yuli Nurvianthi, Tanwir Djafar, Tonsisius Jehanam, Delta, Alma Safitrihttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/10573Efektivitas penghambatan enzim xanthin oksidase fraksi etanol, etil asetat dan n-heksane dari ekstrak etanol daun bakau kurap (Rhizophora Stylosa Griff.)2024-06-22T13:50:43+07:00Danang Raharjo190209019@fikes.udb.ac.idTiara Ajeng Lisyani190209019@fikes.udb.ac.idNia Isa Wulandariniaisa563@gmail.com<p><em>Xanthin oksidase</em> memiliki peranan penting dalam proses pembentukan asam urat dengan mengkatalisis berturut-turut <em>hypoxanthine</em> menjadi <em>xanthine</em> kemudian asam urat. Salah satu tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai antihiperurisemia adalah daun bakau kurap karena memiliki senyawa flavonoid, flavonol, flavon, isoplavon, flavonon, polifenol, alkaloid, tanin, glikosia dan tripenoid. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim <em>xanthin oksidase</em> dari ekstrak, fraksi dan isolat daun bakau kurap. Ekstrak dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pada isolasi enzim dilakukan menggunakan susu sapi segar dengan hasil aktivitas enzim didapatkan sebesar 0,0013 U/mL dari fraksi residu dan 0,002 U/mL dari hasil fraksi supernatan. Hasil dari penelitian ini senyawa yang terkandung didalam ektrak etanol daun bakau kurap yaitu senyawa metabolit sekunder senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, dan tanin, dan senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap aktivitas penghambatan enzim <em>xanthin oksidase</em> adalah kuersetin hasil dari isolat C, pada uji aktivitas penghambatan ekstrak etanol, fraksi dan isolat daun bakau kurap yang dilihat dari IC<sub>50 </sub>sebesar 30,905 pada ekstrak etanol, fraksi polar etanol sebesar 39,722, fraksi semi polar etil asetat sebesar 16,361, fraksi non polar <em>n</em>-Heksan sebesar 61,734 dan isolat c sebesar 15,023. Berdasarkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa senyawa aktif yang terkandung di dalam daun bakau kurap yaitu kuersetin yang dibuktikan dengan nilai IC<sub>50 </sub>sebesar 15,023.</p> <p> </p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Hiperurisemia, Isolasi Enzim<em> ,Rhizophora Stylosa,</em> <em>Xanthin Oksidase</em></p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Danang Raharjo, Tiara Ajeng Lisyani, Nia Isa Wulandarihttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/10654Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirih cina (Peperomia pellucida L.) terhadap Staphylococcus saprophyticus ATCC 49907 penyebab infeksi saluran kemih2024-06-22T14:23:06+07:00Ni Putu Dewi Citraningsihdcitra476@gmail.comSister Sianturisianturisister16@gmail.comMuh. Taufiqurrahmanmuh.taufiqurrahman@gmail.com<p>Tingginya tingkat resistensi antibiotik menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat secara global. Hal ini menjadi alasan untuk mencari senyawa antimikroba baru dari sumber alami. Tanaman yang berkhasiat untuk membunuh bakteri adalah tanaman yang mengandung metabolit sekunder. Salah satu tanaman yang mengandung metabolit sekunder adalah tanaman sirih cina <em>(Peperomia pellucida L)</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirih cina terhadap pertumbuhan <em>Staphylococcus saprophyticus</em> penyebab infeksi saluran kemih dengan metode <em>disc diffusion test.</em> Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dangan pelarut etanol 96% yang dibuat menjadi tiga variasi konsentrasi 10%, 50% dan 90%. Kontrol positif menggunakan amoxicillin dan kontrol negatif menggunakan DMSO 1%. Rata-rata diameter zona hambat dengan konsentrasi 10%, 50% dan 90% berturut-turut, yaitu 4,06 mm, 6,46 mm dan 10,64 mm yang termasuk kategori lemah hingga kuat. Sedangkan pada kontrol positif rata-rata zona hambat adalah sebesar 26,49 mm dengan kategori sangat kuat. Hasil uji analisis data <em>One Way Anova</em> menggunakan program SPSS IBM versi 26 diperoleh hasil (<em>p<</em>0.05) yang bermakna H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat perbedaan rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun sirih cina yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kontrol positif dalam menghambat bakteri <em>S. saprophyticus</em>.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata Kunci: </strong><em>Peperomia pellucida L</em>, <em>Staphyloccoccus saprophyticus</em>, antibakteri, difusi cakram</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Ni Putu Dewi Citraningsih, Sister Sianturi, Muh. Taufiqurrahmanhttps://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/pharmasipha/article/view/7575Gambaran perilaku vulva hygiene dan swamedikasi yang dilakukan oleh mahasiswi UNIDA Gontor dalam mengatasi keputihan2024-06-24T10:46:05+07:00Nurul Marfu'ahalisyakhodijah22@gmail.comAlisya Khodijahalisyakhodijah22@gmail.comNadia Iha Fatihahalisyakhodijah22@gmail.com<p>Keputihan adalah salah satu permasalah yang sering dialami wanita. Gangguan ini dapat disebabkan karena perilaku vulva hygiene yang kurang tepat seperti menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti pembalut, dan cara membersihkan daerah kewanitaan yang kurang tepat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi, gambaran perilaku vulva hygiene, dan swamedikasi penyakit keputihan pada mahasiswi UNIDA Gontor. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dilakukan dengan metode observasional menggunakan kuisioner dan wawancara. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposif sampling sehingga diperoleh 95 orang mahasiswi sebagai responden (yang mengalami keputihan normal maupun tidak normal). Data yang didapatkan kemudian diberi skor menggukan 4 skala linkert dan selanjutnya dipersenkan. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi keputihan pada mahasiswi tahun 2021 dari jumlah mahasiswi sebanyak 1.652 orang, terdapat mahasiswi yang jarang mengalami keputihan sebanyak 82% (1.348 orang), sering mengalami keputihan sebanyak 15% (257 orang), dan tidak pernah mengalami keputihan sebanyak 3% (47 orang). Perilaku vulva hygiene pada mahasiswi dari 95 responden didapatkan hasil perilaku dalam menjaga kebersihan organ kewanitaan kategori sangat baik sebanyak 65,26% dan kategori baik sebanyak 34.74%. Swamedikasi yang dilakukan mahasiwi dari 95 responden didapatkan hasil mahasiswi yang dapat melakukan swamedikasi dalam mengatasi keputihan kategori sangat baik sebanyak 80% dan kategori baik sebanyak 20%.</p> <p> </p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: keputihan, vulva higiene, swamedikasi</p>2024-08-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Alisya Khodijah, Nurul Marfu'ah, Nadia Iha Fatihah