Praktik Gotong Royong Berbasis Go Green Dalam Mewujudkan SDGs

Authors

  • Tri Yulianti Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.21111/ejoc.v4i2.3700

Keywords:

Village development, Mutual cooperation, Community, SDGs, Pembangunan kampung, Gotong royong, Komunitas,

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas tentang adanya praktek gotong royong oleh warga yang berhasil mewujudkan kampungnya menjadi Sustainanable Development Goals (SDGs). Sebelumnya, kampung Glintung merupakan kampung yang mengalami permasalahan sosial seperti; kumuh, banjir, kemiskinan dan warga rentan terhadap penyakit. Hal ini diduga karena faktor rendahnya pengetahuan serta sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menghimpit. Hingga warga hanya berusaha mempertahankan hidup tanpa terlintas menjaga kelestarian lingkungan. Berawal dari keinginan untuk menciptakan kampung yang nyaman, bersih dan asri, warga membentuk komunitas yang kemudian melakukan praktek gotong-royong berbasis go green di tahun 2012. Data digali dengan wawancara mendalam dan dokumentasi kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek gotong royong berbasis go green yang dilakukan oleh komunitas berhasil mendorong partisipasi warga kampung Glintung RW 23 di setiap kegiatan pembangunan kampung. Selain itu gotong-royong menumbuhkan tanggung jawab sebagai warga negara yang wajib mengisipembangunan. Penanganan krisis ketahanan pangan, krisis air dan krisis energiyang merupakan krisis dunia bisa diwujudkan di kampung Glintung. Keberhasilan tersebut membawa komunitas dapat bermitra dengan pemerintah dalam negeri maupun luar negeri. Dari praktek gotong-royong ini pula kampung Glintung dapat meningkatkan kesejahteraan warganya, sekaligus menjadi percontohan bagi kampung lain. AbstractThis study discusses the existence of mutual cooperation practices by residents who succeeded in turning their villages into Sustainanable Development Goals (SDGs). Previously, Glintung village was a village that was being questioned as social; slums, floods, poverty and people vulnerable to disease. This is due to the lack of knowledge and the difficulty of pressing daily life needs. Only residents who managed to survive without being protected from environmental sustainability. Starting from the desire to create a village that is comfortable, clean and beautiful, the residents formed a community which then carried out the practice of mutual cooperation based on go green in 2012. Data was extracted with interviews that were made and informed and then developed qualitatively. The results showed that the practice of community-based mutual cooperation carried out by the community was successfully supported by residents of Glintung RW 23 in every village development activity. Besides that, mutual cooperation fosters responsibility as a citizen who is obliged to implement development. Handling the food crisis, water crisis and energy crisis which is a world crisis can be realized in Glintung village. Success like this can bring the community to partner with domestic and foreign governments. From this mutual assistance practice, Glintung village can improve the welfare of its citizens, as well as being a model for other villages.

References

Bowen. (1986). On The Political Construction of Tradition: Gotong Royong in Indonesia. The Journal of Asian Studies, 45(3), 545–561.Cresswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih antara Lima Pendekatan (3rd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Fredayani, E. (2018). Kampung 3G (Glintung Go Green): Ide Lokal Sebagai Solusi Global. Jurnal Sosial Politik, 4(2), 154–170.Irwan. (2012). Prinsip-prinsip ekosistem, lingkungan dan pelestariannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Marzali, A. (2015). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Moleong L. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Pramono, S. (2007). Penghijauan sebagai salah satu sarana mewujudkan kota berwawasan Lingkungan. TEODOLITA, 8(2), 28–39.Renjaan. (2013). Studi kearifan lokal sasi kelapa pada masyarakat adat kei desa Ngingot kec Kei Kecil Kabupaten Maluku Utara. Universitas Negeri Semarang.Shanmugapriya. (2015). An overview of Eco friendly product-Recycling. International Journal of Advanced Research, 3(7), 77–80.Siberani. (2018). Batak Toba Society’sLocal Wisdom of Mutual Operation inToba Lake Area:A Linguistic Antropology study. International Journal of Human in Healthcare, 11(1), 40–55.Soetopo, D. (2016). Kampung 3G, Bareng. Klaten: CV Citta Gracia.Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Downloads

Published

2019-12-29